Frugal Living vs Minimalism

Sumber gambar: id.theasianparent.com

Aku pernah cerita tentang frugal living di blog ini. Waktu itu aku lagi bikin challenge nyobain gaya hidup frugal. Karena lagi ngetren frugal frugel frugal frugel. Aku bisa siih laluinnya. Tapi aku nggak begitu sreg dengan gaya hidup ini. Karena jadi ribet dan ngerepotin. Contoh: saking frugalnya, aku belanja online di salah satu marketplace, dimana perang harga antar seller disitu. Aku jadi bingung milih harga termurah, jadi banyak waktu yang terbuang hanya untuk banding-bandingin harga. Misalnya gini: aku beli celana harian buat Orel. Lagi-lagi di marketplace. Saking frugalnya, aku milih celana yang lucu namun muraaah. Jadi aku bisa beli banyaaak. Naaah, "ada harga ada rupa" memanglah semboyan yang benar-benar nyata adanya. Celana Orel yg murah-murah itu, gampang sobek, warnanya gampang mbladhus. 

Nah gimana dengan minimalism? Gaya hidup yang satu ini yang aku lebih setuju. Memang, bukan berarti cari yang murah-murah buat menghemat. Tapi lebih biar nyaman dan tingkat kewarasan naik. Nggak pusing. Simpel namun berkualitas. Misalnya seperti contoh celana tadi. Daripada beli dengan harga 100 ribu dapet buaanyaak, tanpa mempertimbangkan kualitas, mending dengan harga yang sama buat beli celana dapet satu, tapi bermerk / branded dengan kualitas top. Lebih awet. Dan kalau dihitung-hitung malah lebih hemat. Waktu tidak habis hanya untuk banding-bandingin harga, jadi bisa untuk aktivitas lain. lebih produktif kaaan? 

Nah buat yang mengutamakan kenyamanan, gaya hidup minimalism merupakan pilihan yang lebih tepat dibanding frugality. Ngapain hemat-hemat tapi menyiksa? Bukannya untung tapi buntung.

Sumber gambar: theconversation.com
 
Lalu bagaimana kalau mau ngincar sesuatu yang berkualitas tapi mahal dan duitnya kurang? Kebetulan ada yang ecek-ecek dengan harga murah meriah muntah di depan mata tinggal checkout? Ya mending nabung dulu. Nanti ketika bisa dapetin barang incaran itu, akan ada rasa puas yang luar biasa. 😁 Nyahahaha.

Mengamalkan minimalism jadi menuntunku untuk semangat decluttering, biar lebih rapi, bersih, enak dilihat, sehingga menyehatkan mental. Dan tiap tergiur untuk membeli sesuatu, aku akan menanyakan pada diriku sendiri, apakah aku butuh ini?? Bener-bener butuh atau hanya laper mata? 🤔😉

Tapi dari keduanya, aku tidak berat sebelah kemudian menjunjung tinggi minimalism dan menjelek-jelekkan frugality. Terkadang aku mix dua-duanya. 😋 Hihihi. Yang penting happy. Ya kan? Kan keduanya bertujuan untuk hidup yang lebih happy. Tinggal pilih mau yang mana. Bagus untuk si A belum tentu cocok buat si B. Tergantung mindset tiap individu. 

Jadi inget petuah salah seorang kerabat. Bahwa "hidup itu nggak boleh sederhana. Hidup itu harus hebat. Yang sederhana itu sikapnya". Oke deh, kalo gitu mau maximalist juga nggak papa selama nyaman, bahagia, bermanfaat, berkualitas dan tidak merugikan orang lain. Muehehe.



Comments

Popular Posts